Jakarta, siaran-rakyat – Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkapkan bahwa tingginya harga gula di Tanah Air tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pasar global, tetapi juga oleh dramatisasi pemilu di India. 4/12-2023
India, sebagai salah satu pengimpor gula terbesar Indonesia, menghentikan ekspornya menjelang pemilu bulan Mei 2024, menciptakan gelombang efek terhadap pasar gula di Indonesia.
“Dalam konteks pemilu India, semua produk termasuk gula tidak boleh diekspor, untuk menghindari inflasi di dalam negeri. Ini memengaruhi kita karena Indonesia menjadi tujuan utama ekspor gula dari India,” ungkap Zulkifli saat meninjau pasar di Johar Baru, Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketergantungan Indonesia pada impor gula dari Brazil juga menjadi sorotan Mendag. Biaya logistik yang tinggi dan waktu distribusi yang lebih lama menjadi dampak langsung dari situasi ini.
Meskipun Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat bahwa realisasi impor gula konsumsi baru mencapai 26 persen dari total kuota tahun ini, Mendag menekankan bahwa harga gula cenderung naik karena ketergantungan pada impor.
“Harga gula memang naik karena impor, terutama dengan larangan ekspor dari India. Kita harus mendatangkan gula dari luar negeri, dan itu memengaruhi harga di pasar,” jelas Zulkifli.
Sementara itu, data terbaru dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) mencatat peningkatan harga gula pasir di tingkat nasional. Kualitas premium mencapai Rp17.650 per kilogram, naik Rp100 (0,57 persen), sementara gula pasir lokal mencapai Rp17.400 per kilogram, naik Rp150 (0,87 persen).
Dengan drama politik dan ekonomi yang menyertainya, tingginya harga gula menjadi isu menarik yang mencerminkan dinamika kompleks pasar global dan kebijakan ekspor negara-negara pemain kunci.***
antara2023